Jumat, 28 November 2014

Tidak ada bahu untuk bersandar, masih ada sajadah tempat bersujud

Mengamati reaksi teman2 menghadapi gejolak harga barang pasca kenaikan TDL dan BBM.

Beberapa melakukan protes dg menulis di media sosial.
Banyak yg curhat, harga angkutan naik dari 2000 jd 3000.
Harga LPG naik (loh kan blm ada pengumuman resmi naik, Tp koq udh naik. Pasti ulah pedagang).
Harga kebutuhan pokok naik.

wah pedagang jg mau margin besar dong, secara kebutuhan pedagang jg semakin besar..
Tapi pedagang jg dihantam dengan realita, bahwa daya beli masyarakat menurun.
Yg biasa jualan kue laris, sekarang sepi. Karena untuk masyarakat menengah kebawah lebih memprioritaskan kebutuhan pokok dulu.
Tadi malam, aq jalan-jalan memang Kebetulan ada yg mau dibeli.
Baru jam 8 malam, Tp jalanan udah lengang, ga macet seperti biasanya.
Waktu melewati SPBU pertamina juga antreannya ga sepanjang biasanya.
Tapi SPBU shell yg aq lihat antreannya lebih panjang dari sebelumnya.
Berarti masyarakat disekitar sini lebih memilih SHELL daripada Pertamaxnya PERTAMINA.
Sebenarnya disebelah sana ada SPBU Total, tapi aq ga lewat jd ga tau gmn situasinya.

Ya udah, mau ga mau kenaikan harga premium dan solar membuat masyarakat memilih SPBU asing yg dinilai kualitas BBMnya lebih bagus dibanding Pertamina, oke berarti itu sudah rejekinya SPBU asing yah..

Kita kembali ke reaksi bbrp teman medsos saya.. dari kalangan pegawai yg gajinya tetap walaupun biaya kebutuhan hidupnya naik..
1. Woles aja, Alhamdulillah masih diberi cukup rizky. Pemenuhan kebutuhan dan gaya hidup tercukupi.

2. Curhat sana sini. Nanya harga barang ditempatmu naik berapa? Tarif angkutan jd berapa. Protes dengan kebijakan pemerintah melalui Media sosial. Merasa zona nyamannya terusik.

3. Tenang. Menurunkan standart kebutuhan dan gaya hidup.
Yg biasanya menu selalu ayam, daging, ikan. Sekarang disubstitusi dg tahu tempe.
Dulu jalan2 rekreasi seminggu sekali sekarang sebulan sekali.
Dulu bajunya merk luar, sekarang merk lokal.
Yg penting tidak besar daripada tiang.

4. Tenang. Tidak mau menurunkan standart dan gaya hidup. Baju maunya merk luar. seminggu sekali tetap jalan2. Terjadi besar pasak daripada tiang. Nyari utang sana sini. Yg gampang kartu kredit. Karena utangnya buat konsumtif sementara pendapatan tidak bertambah akhirnya gali lubang tutup lubang.

Ati-ati lubangnya tambah besar tambah besar karena defisitnya semakin besar.

Yang paling membuat saya ga habis pikir..
ada pernyataan "beli rokok 16rb bisa, bensin naik 2ribu protes"

nah, mulai ga logis kan membandingkannya..

Kenaikan harga rokok tidak berpengaruh ke angkutan umum dan kebutuhan bahan pokok serta sektor lainnya.

Tapi klo BBM yg naik, banyak sektor yg terpengaruh. Harga bahan pokok dan tarif angkutan pasti naik.

Ada lagi yg bilang..
"bensin naik, biaya kebutuhan naik? Makanya kerja.. kerja.. kerja.."

lha kamu pikir selama ini suamiku ga kerja gitu? Tidur2an aja trus ada hujan uang..

bagaimana dengan penjual dimsum, yg sekarang seharinya laku cuma 10 porsi, bahkan pernah cuma laku 1porsi sehari.
Bagaimana dengan penjual mie ayam yg nasibnya jg sama.
Mereka tetap kerja sist/bro.. ga tidur..
ga meminta-minta..

Ada lagi yg ngomong "kredit mobil atau motor bisa, bensin naik 2ribu ribut"
mungkin waktu ambil kredit ga tau klo bensin bakal naik. Dan mungkin itu kendaraan emang penting banget.
Lah klo sdh terlanjur punya kreditan begini bensin naik gimana?
Mau ga mau harus lanjut kan?
Walaupun akhirnya itu mobil nongkrong di garasi aja, Krn memang ga kebeli bbm nya :D

Kenyataannya, diterima atau tidak diterima..
Badai sedang menerjang hatiku dan beberapa teman dan kerabat.. (tidak semua, karena ada juga yg petantang petenteng dan berkata "sudah kuduga dan gapapa toh untuk perbaikan disektor lain")

semua sdh terjadi..
Harus dihadapi..
Semoga Badai segera berlalu (ah, kangen lagunya om crisye)

"Tidak ada bahu untuk bersandar, masih ada sajadah tempat bersujud"

sholat dhuha dulu yuuuk, menentramkan hati :)








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Saya seorang ibu rumah tangga. Selain mengurus anak dan rumah tangga, Saya juga owner "Toko Sprei Waterproof Zilah" dan "Rumah sprei jakarta" Hub saya di : Sms/whatsapp/line/telegram 085283386280

Anja Demam

Hari minggu pagi tanggal 8 maret 2009, tubuh anja hangat tapi masih tetap lincah.. sore hari, Anja demam.. langsung aku beri sanmol drop penurun panas.. Alhamdulillah turun.. tapi selang 3-4 jam naik lagi.. sampai hari senin malam tanggal 9 maret 2009 suhu tubuh Anja 39.2.. langsung aja aku bawa ke UGD RS International Bintaro..

Sampai UGD, masih harus menunggu waiting list ada diantrian ketiga.. (zilah dah pengen nangis liat anja demam sambil nyebut, bunda..bunda..bunda..).
Tiba giliran Anja diperiksa, suhu tubuhnya udah 39.5
oleh dokter UGD langsung diberi penurun panas melalui dubur
kemudian ditunggu reaksinya 30 - 60 menit, kalau bisa turun sampai dibawah 38 boleh pulang, tapi kalau ga bisa berarti harus dirawat.
Setelah ditunggu selama 1 jam, bukannya suhunya turun tp malah naik menjadi 39.7
Akhirnya kami putuskan untuk dirawat..

Kemudian diambil sample darah dan anja diinfus (aku pengen nangis ngeliat Anja menjerit waktu dipasang infus dan diambil sample darah).
Alhamdulillah akhirnya sekitar jam 24.00 bisa masuk kamar, dan gak lama kmudian Anja bisa bubuk tenang.. (suhunya berangsur-angsur turun), tapi menjelang subuh sekitar jam 4 Anja kembali demam.. sampai hari kamis tanggal 12 maret 2009 panasnya masih naik turun, walaupun sudah diberi antibiotik dan obat batuk (udah mulai 6 maret 2009 anja batuk tapi). Hasil tes darah hanya menunjukkan ada peningkatan jumlah leukosit berarti terdapat infeksi.

Akhirnya pada saat dokter visit hari kamis tanggal 12 maret2009, Anja diminta tes darah lagi untuk melihat DB sama typus, sekalian foto rontgen.. (deg... koq pake rontgen segala, apakah ga bahaya untuk anak seusia Anja 19 bulan???)
Akhirnya, dengan pasrah anja di rontgen dan kembali diambil sample darahnya. Malam harinya, aku menanyakan hasil tes darah pada perawat dan Alhamdulillah hasilnya negatif semua, baik DB maupun typus. Tapi yang menjadi tanda tanya, kenapa koq demamnya ga mau pergi????
Hari Jum'at
Ternyata, hasil foto rontgen menunjukkan bahwa ada peradangan di paru-paru sehingga banyak lendir di paru-parunya.. (ya Allah, anakku terkena pneumonia)
setelah diketahui radang paru-paru, Alhamdulillah berangsur-angsur panasnya turun dan stabil dibawah 37 , tapi Anja terus menjalani inhalasi dan harus menjalani terapi kalau udah ga demam lagi..
Alhamdulillah, Jum'at malam infus dilepas (berharap hari Sabtu bisa pulang)
suhu tubuh tetap stabil dibawah 37
Hari Sabtu, menanti kedatangan dokter (eh baru datang jam 14.00).. Dan Alhamdulillah udah bisa pulang, tapi dengan catatat harus menjalani fisioterapi sambil rawat jalan. (oke dech dokter, gak apa apa yang penting udah bisa dirawat dirumah)..
Hari ini, Senin 16 maret 2009
Anja pertama kali menjalani terapi, Alhamdulillah Anja ga nangis..

Cepat sembuh ya sayang..
Cepat pulih kembali..
Makan yang banyak..
biar penyakitnya takut..