Selasa, 30 Juni 2015

Cinta Dru

Beberapa tahun yg lalu.. Saat itu aku masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Aku tau dia dari temanku. Dari situlah, cinta pertamaku dimulai..
Dru, aku memanggilnya. Dia biasa, ga ada yg istimewa. Sampai pada akhirnya kami berteman dekat. Dia sering menjemputku di depan rumah untuk berangkat bersama ke sekolah, jalan kaki saja.. Kami sering bertanya tugas, contek2an, bertukar buku tugas. Hingga akhirnya kami lulus, dan diterima di sekolah yg sama. Kami beda kelas. Tapi kami masih sering berkomunikasi. Aku sering mencuri pandang ke arahnya. Hihi, dia biasa, tapi sepertinya aku merasakan hal yg berbeda. Jantungku berdegup kencang saat melihatnya melintas di depanku. Dan dia selalu tersenyum padaku..
Hai, sapanya setiap kami berpapasan. Dan itu cukup membuatku berbunga-bunga.. Ah, aku memang norak..

Kami dekat selayaknya sahabat, tp Dru selalu menyisipkan perhatian di setiap interaksinya denganku.. Entah mengingatkan makan, sholat, belajar.. Kadang dia meneleponku untuk menceritakan apa yg telah dialaminya hari ini. Dan aku? Pastilah aku menjadi pendengar setia untuknya..
Dia cuek, tp perhatiannya besar untukku. Dia juga selalu melindungiku.
Kami tidak pernah pergi bersama.. Aku dengan teman2ku dan dia dengan teman2nya.. Tidak ada status pacaran atau semacam itu.. Kami jalani saja seperti air mengalir.
Sampai pada suatu hari..
'Aku hanya mau menikah denganmu saja, bukan sekarang tapi 5tahun lagi..'
Dia berkata seperti itu di telepon.
Tanganku gemetaran memegang gagang telepon. Keringat dingin keluar. Jantung berdegup kencang..
'Apa? Aku ga dengar', jawabku berusaha tetap tenang
'Ya itu tadi.. Aku males ngulanginnya lagi', katanya, ngambek
'Hahaha kenapa harus aku? Kaya ga ada cewek lain aja', jawabku, gaya ngeles yg standar sekali ya..
'Karena aku cuma mau sama kamu. Jangan ketawa dong!' katanya lagi.
'Habis kamu lucu, kita masih SMA, belum juga lulus udah ngomongin nikah', aku masih tertawa, kali ini ada yg berdesir di hatiku.
'Ya udah klo kamu anggap ini guyonan, aku serius!' dia menegaskan.


part 2

5 tahun lagi kita masih kuliah Dru, please jangan becanda', kataku.
'Apa salahnya? Menikah masih bisa kuliah kan?' Dru bertanya padaku.
'Ya udah lihat saja nanti.. Palingan kamu besok juga lupa kalo pernah bilang gini ke aku sekarang', aku menjawab begitu, kemudian berharap agar Dru tidak pernah lupa dengan kata-katanya saat ini.
'Oke, aku buktikan nanti. lihat aja ya', tantangnya.
'Yaa.. kalo aku sih yakin pasti lupa karena kamu kan pelupa berat. Udah ya, aku mau antar ibu pergi dulu. Nanti kita sms aja,' aku menyudahi telepon kami.
'Oke, hati2 ya.. aku sayang kamu', katanya. Kemudian telepon terputus.
Deg! Bilang apa dia barusan? Pertamakalinya dia bilang begitu, ini mimpi? Yaa.. anggap saja ini mimpi. Biar kamu ga kegeeran, Nay!

-------------------------------
Malam ini, membuka diary, aku ingin menuliskan sesuatu tentang Dru. Tapi..
'Aku cuma mau sama kamu..' kalimat itu menghantui pikiranku. Ah Dru, seandainya kamu tau bahwa aku merasakan hal yg sama denganmu. Tapi.. aku ga mau geer dulu. Siapa tau kamu besok, lusa, minggu depan dan seterusnya berubah pikiran.
--------------------------------
Hari ini, aku terpilih menjadi panitia perpisahan anak-anak kelas 3. Bersama 4 teman yg lain, kami berkumpul di ruang kesenian untuk mempersiapkan dekorasi.
'Nay, tolong bantuin gunting pita ini dong', Shela temanku satu tim, minta tolong.
'Ok Shel', aku menghampiri Shela sambil membawa gunting
'Jadi 10 bagian ya nay, ini dan ini', ujar Shela sambil melipat pita agar mudah kugunting.
Aku mulai menggunting pita, tiba-tiba Dru masuk bersama temannya. Dia lewat di belakangku. Aku grogi, keringat dingin lagi. Tanganku gemetar. Jantung berdegup kencang dan semakin kencang. Kenapa lagi ini, kataku dalam hati. Aku pura-pura tidak melihat Dru dengan harapan itu bisa menghilangkan rasa grogi. Ternyata tidak, saat keluar dari ruang kesenian kami beradu pandang, dan Dru tersenyum padaku. Oh God..
'Nay! Motong pita doang lama amat sih? Guntingnya ga tajem ya?' tanya Shela mengagetkanku.
' Iya nih, susah banget, bentar deh', elakku. Aku ga mau Shela tau kalo aku grogi tadi.
Setelah semua beres, kami pulang. Di jalan, aku masih merasa heran. Ya, bagaimana mungkin bisa sepeti itu? Aku dan Dru kan, sering komunikasi. Meski kami bertemu hanya di sekolah dan di acara2 sekolah lain. Kami jarang pergi bareng. Paling janjian main bareng di Taman Kota, bersama teman-teman yang lain.
Tiba di rumah, aku ganti baju kemudian makan. Lagi-lagi masih teringat kejadian tadi. Aku tersenyum geli. Kalo saja aku bisa melihat ekspresiku waktu itu, mungkin lucu kali ya.. Cuma dilewatin kok gemetar. Cemen kamu, Nay!

Part 3
Rapat panitia perpisahan, aku lihat Dru di sana, bersama teman2 cowok yg lain. Oh, dia juga jadi panitia toh.. Sambil mendengarkan arahan dari ketua panitia, aku curi-curi pandang ke arah Dru.. Apa ya yg menarik darinya? Dia ga ganteng, standard lah, ga terlalu tinggi juga, dia ga romantis, dia bukan tipe cowok yg diidolakan.. Tapi dia cerdas. Bukan pintar. Dia kalem, dia cool, dia ga banyak omong, dia cuek, dia ngerti sikon, dia cenderung pendiam. Mungkin itu yg membuatku tertarik padanya. Ah, kutepis rasa ini.. Jangan diteruskan, kalian beda, kata hatiku. Sedang asyik melamun, tiba-tiba..
'Nay, pulang yuk', terdengar suara di sampingku
Aku menoleh, ada Dru!
'Pulang?' tanya ku polos
'Udah selesai rapatnya, kamu masih di sini aja.. Ngelamun yaa..' godanya
'Enak aja, siapa yg ngelamun, sok tau kamu! Aku td lagi mikir, mau bikin dekorasi seperti apa ya besok' aku ngeles, padahal pengen bilang klo aku lagi ngelamunin dia. Tapi kan malu..
'Yuk pulang aja, aku anter ya, mau?'
'Aku bareng Shela kok Dru..'
'Mana Shela? Dia udah pulang duluan tadi. Emang kamu ngelamunin apa sih sampe ga tau kalo soulmate mu udah pulang duluan?'
'Ngelamunin kamu! Siapa lagi?' jawabku, tapi hanya dalam hati.. Gila aja kalo sampe terucap.
Aku bergegas membereskan tasku, ga habis pikir bisa ngelamunin anak ini sampe ga sadar klo rapat udah selesai. Apa apaan?
Dru mengantarku pulang dengan motornya. Duh aku grogi.. Biasanya ga apa2 sih, tapi sejak kudengar kalimat nikah itu aku jadi merasa lain dengannya. Seperti ingin menjauh tapi yang ada malah semakin dekat.
Di depan pagar rumahku, Dru menghentikan motornya.
Aku turun, 'makasih ya Dru.'
Dia mengangguk, 'Sampe ketemu besok ya, jangan lupa makan, jaga kesehatan.'
Kemudian dia berlalu. Dru selalu tau kalo aku sering lupa makan. Aku senang menulis dan berkarya yg lain, sampai lupa makan. Sering maagku kambuh, dan itu sakit sekali.
Aku memandang punggungnya sampai tidak terlihat lagi. Dru..
-----------------------
Tibalah hari H acara perpisahan. Panitia sudah standby di aula. Ini jam 8, acara dimulai jam 9. Satu jam lagi. Setelah memastikan semua beres, aku duduk istirahat.
'Nay, kamu tau selendang buat penari?' Bu Gina, guru bahasa sekaligus pembina ekskul tari menghampiriku.
'Ga tau bu, terakhir saya lihat ada di ruangan kita make up tadi', jawabku.
'Ibu lupa naruhnya di mana,' lanjut bu Gina.
'Atau jangan-jangan belum dibawa bu, masih tertinggal di sana?' tanyaku.
'Hmm.. Bisa jadi, ibu lupa tapi sudah ibu cari ke mana-mana ga ada yg tau. Kamu bisa tolong ambilkan?'
'Tapi saya ga bawa motor bu, saya coba cari teman ya.'
'Cepet ya nak, tolong ibu, satu jam lagi acara dimulai.'
'Baik bu', aku bergegas keluar. Mencari teman yg bisa dimintai tolong mengantarku ke tempat make up tadi, di rumah Bu Gina. Jaraknya lumayan jauh, 45menit pp dari sekolah.
Setelah mencari ke sana ke mari, ga ada satu pun panitia yg nganggur, aku bertemu Adit.
'Dit, kamu bisa anter aku ga? Ambil selendang di rumah Bu Gina'
'Aku lagi sibuk Nay, coba cari yg lain', jawab Adit sambil ikut mencari teman yg bisa dimintai tolong.
'Semua pada sibuuukk.. Ada juga cewek2. Tapi pada ga bawa motor', kataku.
'Yaahh gimana ini.. Eh itu tuh sama dia aja. Hey sini!' teriak Adit sambil menghampiri seseorang.
Ga lama kemudian Adit menghampiriku bersama orang itu.
'Nih Nay kamu ambil selendang sama Dru ya, naik mobilnya. Dia tadi ke sini naik mobil kok', kata Adit padaku.
Kenapa harus Dru siiihh.. Ga ada orang lain yg bisa dimintain bantuan apa.. Aku kan sungkan klo harus berdua sama dia lagi.
'Tapi Dit, Dru kan sibuk', aku mencoba menolak secara halus.
'Ga kok, kata siapa.. Dia udah selesai semua. Gih berangkat, ntar Bu Gina marah lho.'
'Yuk Nay, kuantar. Aku udah ga ada kerjaan lagi kok', suara Dru terdengar di telingaku.
Berdua kami berjalan menuju mobil. Dru jalan duluan di depan. Aku berjalan sambil menunduk di belakang. Sesekali kulirik dia, begitu ringan langkahnya. Sepertinya dia senang..

Part 4
Di dalam mobil, kami berdua hanya diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing, mungkin. n. Aku sendiri lebih memilih untuk melihat keluar sambil sesekali melirik Dru yg sedang nyetir di sebelahku. Aku canggung, baru kali ini aku semobil berdua dengan cowok yang.. diam-diam mulai aku sukai..
'Kita mau ke mana nih?' tanya Dru padaku.
'Ke rumah Bu Gina ambil selendang Dru, kamu tau rumahnya kan?''iya tau. Aku pernah ke sana sekali. Emm.. kamu sudah makan, Nay?' Ah, dia mulai lagi..
'Sudah tadi, cuma sedikit sih, soalnya buru-buru.''Mau mampir sarapan dulu sekalian?'
'Ga usah Dru, kita buru-buru. Toh nanti di sana kan juga makan..'
'Oke kalo kamu ga mau.. Kamu selalu susah disuruh makan', ujar Dru sambil tangannya mengacak-acak rambut pendekku. Dia tertawa kecil, oh manis sekali.. Tidak ingin kulewatkan sedetik pun untuk tidak memandang wajahnya. Tapi aku takut tidak bisa tidur nanti malam..
Selesai ambil selendang, kami langsung kembali ke aula sekolah. Beberapa teman menggoda kami, biar saja. Nanti kalo diladeni malah jadi ketahuan kalo aku sudah mulai suka sama Dru.
Selesai acara, aku pulang dengan kakak kelasku. Dru pulang dengan teman-temannya. Sampai di rumah, setelah mandi dan makan, aku beranjak tidur. Tapi mata ini sulit terpejam. Seperti biasa, satu hari bersama Dru adalah satu hal yang tidak mudah kulupakan. Aku selalu ingat, dan pasti sambil tersenyum sendiri. Mungkin, ini yang dinamakan jatuh cinta. Aku belum pernah merasa seperti ini sebelumnya.
Ponselku berbunyi, ada sms. 'Jangan lupa makan ya Nay, jaga kesehatanmu..'
Aku tersenyum lagi. Dru, kamu ga banyak bicara tapi sekali kamu bicara pasti tentang aku.
'Sudah makan Dru, ini mau tidur. Kamu belum tidur?' balasku
'Belum ngantuk, aku lagi nulis lirik lagu baru. Kalo udah jadi, kamu dengerin ya Nay.'
Kulihat jam dinding. 23.30 dan dia masih nulis lirik lagu?
'Harusnya kamu yang jaga kesehatan Dru, jangan suka tidur larut malam..'
'Iya sebentar lagi. Kamu sendiri kenapa belum tidur?'
'Aku.. mikirin kamu lah Dru, mikir kenapa kamu bisa masuk terlalu dalam di hatiku..' inginnya kubalas begini, tapi urung. Jangan sampai dia tau.
'Kan sudah kubilang, aku mau tidur tadi.. Tapi kamu sms. Aku tidur dulu ya..'
'Yup, mimpi indah ya Nayla-ku'
Sms balasannya membuatku tersenyum lagi. Dru..
----------------------------
Tiba waktu kenaikan kelas. Aku menuju papan pengumuman mencari-cari di kelas mana namaku terdaftar. Aku sekelas lagi dengan Shela, yeay! Kucari Shela, dia duduk di depan ruang guru.
'Shel!', aku melambaikan tangan padanya.
'Nay, kita sekelas lagiiii!' jeritnya histeris.
'Yuk masuk kelas, Shel. Duduk sebangku kita.'
Kami berdua berjalan masuk ke dalam kelas. kami mencari tempat duduk, bagian depan dan tengah sudah penuh. Kami dapat tempat duduk nomer 3 dari belakang. Lumayan lah, daripada belakang sendiri bikin ngantuk.
Kami masih bertukar cerita tentang liburan kemarin. Dari depan pintu kulihat seseorang masuk ke kelas kami. Ya ampun.. itu Dru! Aku sekelas dengan Dru! Antara senang dan bingung.. Bingung menjaga hatiku supaya tidak berdebar jika harus sering bertemu dengannya..

Part 5
Aku sekelas dengan Dru, itu rasanya seperti mimpi. Dia duduk di bangku paling belakang, 2 bangku di belakangku. Kenapa duduk di situ sih Dru? Kan masih banyak tempat lain.. Sudahlah, terima nasib saja.
Beberapa minggu Dru ga masuk sekolah. Sakit. Hampir 3 minggu sepertinya. Teman sekelas menjenguk Dru ramai-ramai. Kecuali aku. Aku tidak punya nyali untuk datang ke rumahnya.
Pulang sekolah, ku telepon dia..
'Halo Dru..' sapaku di telepon.
'Hai Nay.. 2 minggu kamu ga telepon aku, baru sekarang telepon lagi, ada apa?' tanya Dru di seberang sana.
'Kamu sudah baikan Dru? Kamu lama ga masuk sekolah.. sakit apa sebenernya?'
'Banyak Nay, ga usahlah diceritain ke kamu. Yang penting aku sekarang udah baikan. Istirahat lagi 3 hari ke depan. Kata dokter sudah boleh sekolah lagi.'
Aku kangen, Dru.. ujarku, tentu saja dalam hati.
'Baguslah kalo begitu. Tugas dari sekolah pasti numpuk. Mau kubantu ngerjain?'
'Kirain kamu kangen aku. Ga taunya enggak ya.. Padahal kan aku lama ga sekolah..'
'Siapa juga yang kangen sama kamu, apanya yang dikangenin coba? Mau dibantu ga? Kalo ga mau ya udah..'
'Iya deh mauuu.. kamu ke sini? Bantuin aku?'
'Nggaklah, biar Ari aja yg ambil bukumu, kubantu ngerjain dikit-dikit ya.. Sisanya kerjain sendiri, oke?'
'Yah.. kirain semua.. ternyata cuma sedikit..'
'Daripada nggak sama sekali?'
'Iya aku kalaaaahh kalo ngomong sama kamu. Oke deh besok aku titip buku ke Ari ya. makasih ya Nay, kamu baik..'
Kamu lebih baik daripada aku, Dru.. Kamu ga nyadar aja..
'Ya udah Dru, aku mau basket dulu ya, keburu sore. Cepat sembuh ya Dru..' kataku mengakhiri pembicaraan.
Sakit apa dia ya? Semoga bukan sakit parah..
-------------------------
Suatu hari di sekolah..
'Nay aku mau ngomong sebentar' Dru menghampiriku selesai pelajaran olahraga.
Sejak sakit kemarin, dia beberapa kali absen dari pelajaran olahraga.
'Ada apa Dru?'
'Aku mau pindah sekolah Nay' katanya pelan.
'Pindah? Ke mana? Kenapa?' tanyaku
'Pindah ke Surabaya. Sama kakekku di sana', jawab Dru.
'Kok mendadak begini? kamu kan baru sembuh'
'Sebenarnya ini rencana sejak lama. Tapi baru terlaksana sekarang. Kakek pengen aku sekolah di sana. Sebentar lagi kuliah. Kakek maunya aku kuliah di sana.'
'Kapan kamu pindah?'
'Setelah habis semester ini, aku pindah'
Aku tertegun. Aku.. harus pisah dengan Dru?
'Jaga diri baik-baik ya Nay, ga ada aku di sini. Ga ada lagi yang melindungi kamu. Tapi aku percaya kamu pasti baik-baik aja..' kata Dru sambil mengusap kepalaku.
Kami duduk berdua di depan kelas. Teman-teman sedang sibuk ganti baju di ruang ganti, makan di kantin, sebagian masih asyik olahraga. Rasanya aku ingin menangis. Dru bukan kekasihku. Dru sahabatku. sahabat yang mungkin juga menyukaiku. Dan aku selalu menepis rasa itu meski aku sudah mulai merasa menyukainya, mengaguminya.. Dan kedekatan kami ini sudah lebih dari sahabat.
'Jangan sedih, masih bisa telepon dan sms kan, Nay. Aku cuma pindah keluar kota, bukan keluar angkasa', goda Dru. Sepertinya dia tau aku sedih.
Kupukul pelan bahunya. Meski cuma keluar kota aku sedih tau Dru! Kamu ga ngerti aja gimana aku berusaha menyimpan perasaan ini ke kamu.
'Aku pasti akan kangen sama kamu', ujarku lirih.
'Pasti, aku pun begitu. Kita sudah berbagi banyak hal. Terimakasih sudah mau menemaniku selama ini. Sejak SMP. Sejak aku tau bahwa ada cewek seasyik kamu. Jangan sedih Nay. Kita pasti bisa ketemu lagi. Aku akan sering pulang. Karena rumahku di sini.'

Part 6
Ini hari minggu, seharusnya aku senang karena sekolah libur. Tapi hari ini beda, karena hari ini Dru akan berangkat ke Surabaya. Itu berarti aku tidak akan bisa melihat dia lagi setiap hari. Tidak bisa lagi mencuri-curi pandang wajahnya yang standar itu. Ga ada lagi yang mengacak-acak rambutku saat kami sedang ngobrol banyak hal. Dru, ternyata kamu special..
Ponselku berbunyi, kulihat layar, Dru calling..
'Hai Dru..' sapaku
'Aku pamit ya Nay. Aku berangkat hari ini', kata Dru
'Yaa.. Hati-hati Dru..'
'Itu aja? Kamu ga pengen ketemu aku?'
'Kita setiap hari ketemu kan.. Ga bosen apa?'
'Ga lah Nay, kamu itu asyik. Aku seneng ngobrol sama kamu. Yakin ga mau ketemu? Meski sebentar?' tanya Dru lagi
'Ga usah Dru, nanti aku sedih.. Katanya kamu bakal sering pulang.'
'Aku pengen lihat kamu sedih lho. Kamu kan ga pernah sedih di depanku. Selalu ceria terus.'
Aku ceria juga karena ada kamu, Dru.. Kamu kok ga pernah ngerti sih..
'Nay?'
'Eh iya, kalo aku sedih, nanti siapa yg hibur kamu, hehe..' jawaban garing sebenarnya
'Hehehe iya ya.. Ya udah kalo ga mau ketemu aku. Nanti kalo aku pulang, kita ketemuan ya. Pasti ada banyak hal yang akan kita ceritakan..'
'Iya Dru.. kamu jaga diri ya, jauh dari orangtua, jangan suka tidur tengah malam lagi. Jaga badanmu..'
'Siap Nay. Aku udah ga tidur tengah malam lagi kok, sekarang tidurnya pagi'
'heeeyy awas kamu yaa.. coba ada di sini udah kucubit pinggangmuuu.. Ngomong-ngomong kalo kamu lamaaa ga pulang, trus pas kamu pulang dapet undangan nikah dari aku, gimana?
'Yaa ga apa-apa lah, aku pasti datang, kan aku penganten lakinya, hahahahaha. Masa penganten lakinya ga datang, gimana sih kamu.'
'Hahahaha bisaaa aja jawabnya.. Anggep aja tadi omong kosong. Aku cuma becanda.'
'Beneran juga gapapa, kan nikahnya sama aku.'
'Au ah, kamu berangkat jam berapa?'
'2 jam lagi. Tapi paling kan kamu lagi ngorok, tidur siang, makanya aku telepon sekarang.'
'Hehe, iya sih.. Ntar kalo berangkat, sms aku ya Dru..'
'Iyap. Aku lanjut packing dulu ya Nay, see u..' Dru mengakhiri obrolan kami.
See u, Dru.. entah kapan kita bisa ketemu lagi. 4 bulan lagi sudah ujian akhir, kemudian aku harus meninggalkan kota ini. Kota tempat aku dibesarkan. Cita-citaku ingin kuliah di luar kota. Kemudian bekerja di luar kota juga. Meski bapak di sini punya usaha dan aku bisa meneruskan, tapi aku ga mau. Aku ingin mandiri.
---------------------------
Suatu hari, 2 bulan setelah Dru pergi, aku menerima paket dari Pos.
Kubuka bungkusnyanya, ada kotak yang di dalamnya berisi boneka beruang kecil berwarna cokelat berbulu kasar dan ada tambalan jahitan di kakinya. Bonekanya lucu.. Dari Dru.
Ada amplop di dalam kotak boneka itu. Kubuka amplop itu. Ada selembar kertas..
'Halo Nay, apa kabar? Semoga kamu masih selalu ceria seperti dulu. Maaf aku belum bisa pulang. Aturan di sekolah ini ketat sekali, apalagi mendekati ujian nasional. Mana bisa bolos? Sabtu Minggu sekolah libur, tapi aku ga bisa pulang. Jadi maaf ya kita belum bisa ketemu lagi. Padahal aku kangen sama kamu. Kangen ngobrol banyak sama kamu. Kangen becanda sama kamu, kangen ngacak-ngacak rambut kamu, kangen melihat tawa lepasmu.. Di sini, ga ada teman seasyik kamu. Ga ada yang bisa menghiburku seperti kamu.. Aku jadi makin merasa kehilangan.
Kemarin aku jalan ke mall, temani kak Dani beli kado buat temannya. Kemudian aku lihat ada boneka lucu ini. Awalnya ragu mau beli, karena kamu kan ga suka boneka. Tapi masa iya kalo aku yang kasih, ga kamu terima? Lucu ya bonekanya, ada jahitan di dahi, dan ada tambalan jahitan di kakinya. Semoga kamu juga suka ya, gadis tomboy..
Kalo udah terima paket ini, tolong sms aku. Biar aku tau kalo paketnya sudah sampai dengan selamat. Jangan lupa makan, kamu udah kurus, jangan ditambah lagi ya.. Miss u.. Dru'
Aku membaca surat itu dengan mata berkaca-kaca. Aku juga kangen kamu, Dru.. Kangen banyak hal.. Kita punya banyak kesamaan.
Kuambil ponselku, kuketik sms untuk Dru, 'Dru, paket sudah kuterima dengan selamat. Terimakasih untuk bonekanya yang lucu, terimakasih juga sudah kangen sama aku. Aku pun begitu..'
Kutunggu lama, tidak ada balasan. Mungkin Dru sibuk. Biasanya ga begini. Dia selalu cepat balas smsku. Biar saja, toh aku sudah punya boneka mungil ini darinya. Bisa untuk menemani tidurku.

Part 7
Boneka kecil pemberian Dru masih kusimpan, dia menemani tidurku, dia kadang kubawa ke mana2.. Kalo aku kangen sama Dru, biasanya aku ngomong ke boneka ini. Dia ga akan jawab sih, tapi paling tidak aku sudah lega dapat mengungkapkan perasaanku.
Aku merasa semakin jauh dengan Dru, kami sudah jarang berkomunikasi, baik via telepon atau sms. Sepertinya dia memang sangat sibuk di sana. Sebentar lagi ujian, kemudian kuliah, mungkin setelah itu baru kami bisa bertemu lagi..
-----------------------
Hari berganti, ujian telah usai. Sebentar lagi pengumuman kelulusan. Selama itu pula tidak ada lagi sms dari Dru untukku. Tidak juga telepon. Dru sudah melupakanku? Kurasa tidak.. Tak akan semudah itu dia melupakanku.
'Kamu terlalu yakin, Nay!' kata Shela sewaktu aku menceritakan semua padanya.
'Memang kenyataannya begitu, Dru ga mungkin semudah itu melupakanku', sahutku.
'Kamu terlalu yakin. Dru itu manusia, sama seperti kita. Dia bisa lupa. Dia bisa berpaling. Bisa saja dia sudah mendapatkan penggantimu. Yang jauh lebih baik darimu, mungkin', jelas Shela.
Aku diam, ada benarnya ucapan Shela. Bisa jadi begitu.. Dru menghilang setelah dia mengirim paket dan surat untukku. Paket yang pertama dan terakhir darinya.
'Lagian kenapa kamu ga bilang aja kalo kamu mulai suka sama dia? Kenapa kamu malah menyimpan perasaan itu sendiri? He? Sekarang kalo udah kejadian gini kamu nyesel kan?' tanya Shela padaku.
'Bukannya aku ga mau Shel. Kamu tau kan kondisinya seperti apa.. Perbedaan itu.. Aku ga mau ada ikatan apapun dengan dia, daripada nanti akhirnya kami tetap harus pisah, dan itu akan lebih menyakitkan bagi kami,' terangku.
'Memangnya kalo seperti ini, kamu ga sakit hati? Kalian ga saling menyakiti??'
'Lebih baik seperti ini, Shel.. Kamu ga tau apa yg aku rasakan. Baru kali ini aku merasa sangat menyukai seseorang. Baru kali ini aku merasa sangat nyaman berada di sampingnya. Tanpa beban, tanpa harus jaim. Dia bisa terima aku apa adanya. Dia ga peduli aku ga cantik, ga feminim, ga berambut panjang seperti cewek lain..'
'Lalu kenapa kamu cuma bisa diam? Ketika dia mencintaimu dan kamu mencintainya, seharusnya kalian punya komitmen.'
'Ga semudah itu, Shela. Aku harus berfikir panjang daripada menyesal esok hari. Kamu tau, memilih mencintai Dru diam-diam sebenarnya juga berat buatku. Aku capek menepis rasa itu. Aku capek membohongi perasaanku.'
'Terserah kamu, itu keputusanmu. Jalani saja. Kamu lebih tau dari pada aku.'
'Aku mau ke Jogja, besok', kataku mengalihkan pembicaraan.
'Kamu jadi kuliah di sana? Batal ke Bandung?' tanya Shela.
'Bandung terlalu jauh dari kemampuanku.. Aku batal ke sana. Jogja aja, aku udah ketemu kampus yg sesuai dengan harapanku. Kalopun aku harus melupakan Dru, aku berharap bisa melupakannya di sana.'
'Tapi lusa pengumuman kelulusan lho Nay, kamu ga mau ke sekolah?'
'Aku sudah pasti lulus kok Shel, lusa aku ada tes di sana. Jadi harus datang.'
'Baiklah, good luck Nay!'
Andai kamu tau Shel, aku ke Jogja juga untuk melupakan Dru.. Kalo aku harus bertahan di sini, aku ga akan sanggup. Setiap sudut kota ini memiliki kenangan bersama Dru. Kami sering tak sengaja bertemu di jalan. Aku sering melihat dia lewat depan rumahku. Jika aku tetap di sini, bagaimana aku bisa lupa?
------------------------
Di dalam bus menuju Jogja, aku melamun. Teringat semua kenangan bersama Dru. Dia ga pernah membuatku menangis kecuali tangis bahagia. Bahagia pernah mengenalnya, bahagia pernah dekat dengannya, pernah dicintainya..
Bus berhenti di terminal, pedagang asongan naik, ada seorang penjual buku menawarkan buku padaku, setengah memaksa. Aku sudah menolak. Tapi pedagang itu memaksa dengan alasan buku itu sudah aku pegang.
'Aku kalo mau beli pasti panggil kamu. Ga usah maksa! Aku ga butuh buku ini! Jualan ga usah pake maksa dong, dasar ga bisa mikir!' Teriakku pada penjual buku itu.
Kemudian dia pergi sambil bilang ke teman-temannya 'Hati-hati kalo nawarin dagangan jangan ke mbaknya itu, dia pelit!'
Aku langsung menoleh, mata ku melotot ke arahnya 'Jangan sembarangan kalo ngomong ya, sini kalo berani!' tantangku. Dalam hati sebenarnya takut juga kalo dikeroyok pedagang tersebut dengan teman-temannya. Tapi aku berusaha tenang. Ga ada yg kukenal di sini. Ga lama kemudian pedagang asongan itu turun dari bus. Kemudian bus melanjutkan perjalanan.
'Mbak berani banget sama pedagang kaya gitu. Ga takut dikeroyok?' Tiba2 penumpang yg duduk di depanku berdiri dan menoleh ke arahku.
Hah, Dru??

Part 8
'Saya tadi ditawarin beli korannya nih mbak, daripada ribut akhirnya saya beli aja. Padahal buat apa nih koran, saya ga butuh', kata orang itu.
Aku kaget. Dia mirip sekali dengan Dru. Hanya saja orang ini lebih tinggi daripada Dru.
'Kenapa ga dilawan mas? Lagian orang jualan kok maksa. Kalo saya sih ogah dipaksa suruh beli gitu.'
Orang itu hanya tersenyum, kemudian duduk lagi.
Kenapa saat aku berusaha melupakan Dru, malah ada orang yg mirip bgt sama dia?
Udah berapa lama kita ga ketemu Dru?
Apa iya kamu sudah menemukan penggantiku? Semudah itu kah?
'Aku cuma mau sama kamu..' Ah, kalimat itu lagi.. Bagaimana jika aku merasakan hal yang sama? Ke mana aku harus mencarimu?
-------------------------
Di Jogja, aku tidur di kamar kos kakak kelasku saat SMA dulu. Pagi ini tes dimulai jam 9, aku tidak boleh terlambat.
Sampai di calon kampusku, asing, ga ada satu yang aku kenal. Isinya mayoritas cowok. Hanya ada beberapa cewek di sini.
Setelah menyerahkan berkas di administrasi, aku berjalan ke ruang tes. Tes dimulai, kami diberi waktu 1,5jam. Pikiranku masih mencari-cari Dru. Sedang apa kamu? Aku sudah tes di sini nih Dru, kalo aku diterima di sini, kita akan semakin jauh.. Aku ingin belajar melupakanmu..
Usai tes, aku pulang ke kos kakak kelasku. Di jalan aku berpapasan dengan serombongan anak SMA yg sedang konvoi merayakan kelulusan. Ah iya, hari ini pengumuman. Aku lihat ponselku. Ada beberapa sms masuk belum kubuka.
'Naaaayy kamu di manaaa? Kita lulus semua loh..' bunyi sms dari Ima.
'Nay, gabung sini yuk, kita kumpul-kumpul', isi sms dari Angga.
Ada beberapa sms dari teman-tekan yang isinya kurang lebih hampir sama seperti itu.
'Maaf aku ga bisa, aku di Jogja, ads tes di sini. Have fun ya, salam buat teman-teman', kubalas satu per satu sms dari mereka.
'Nay, ada Dru di sini', sms singkat dari Shela masuk ke ponselku.
Dru? Dia pulang ga ngabarin aku?
'Titip salam buat Dru ya Shel, aku masih di Jogja', balasku.
'Yup Nay, Dru makin cakep sekarang, hihihi', sms Shela kubaca sekilas kemudian kuabaikan.
Mau makin cakep kek, makin jelek kek, aku ga peduli. Aku suka dia kan bukan karena itu.. Aku suka dia karena.. Karena apa ya? Karena.. Ah kenapa mikirin Dru lagi? Dia aja ga pernah mikirin kamu..
-----------------------
Selesai tes di Jogja aku pulang. Aku memutuskan untuk berhijab. Aku bosan dengan jeans lusuhku, rambut pendekku.. Aku ingin merubah penampilanku.
Aku pergi ke rumah Nina. Sudah lama aku ga main ke sana. Nina ini temanku sejak masih SMP. Rumahnya tetanggan dengan Dru. Saat aku berjalan kaki akan masuk rumah Nina, pintu pagar rumah Dru terbuka. Ada yg keluar dari situ, melihat kanan-kiri sebentar kemudian tatapan matanya berhenti padaku. Itu Dru? Iya, itu Dru. Aku ingin menyapanya seperti biasa. Tapi yg ada aku hanya sanggup meliriknya saja. Dia tersenyum padaku, senyum dengan wajah heran. Mungkin heran dengan penampilan baruku. Dia lain. Tidak seperti yg aku kenal dulu. Dia tampak sudah lebih dewasa. Benar kata Shela, Dru memang sudah berbeda sekarang.
Setelah tersenyum padaku, pintu pagarnya dia tutup lagi, kemudian dia masuk ke rumah. Aku bergegas masuk ke rumah Nina. Dua jam di sana, kemudian aku pulang.
------------------------
Aku mendapat surat dari kampus baruku, isinya pemberitahuan bahwa aku diterima kuliah di sana. Alhamdulillah.. Ini impianku. Semoga aku bisa menyelesaikan kuliahku dengan baik. Kusampaikan kabar ini pada bapak dan ibu. Bapak dan ibu pun mulai bersiap-siap untuk mengantarku ke Jogja lagi. Kali ini aku harus mampu melupakan Dru. Harus.
------------------------
Tak terasa sudah dua tahun aku tinggal di Jogja. Dan selama itu pula setiap hari aku selalu tergoda ingin telepon atau sms Dru duluan.
Di sini, banyak cowok mendekatiku. Tapi tak satupun ada yg bisa menggeser posisi Dru dalam hatiku. Setiap ada yg pedekate pasti kubanding-bandingan dengan Dru, sampai akhirnya aku merasa ga nyaman dengan mereka.
Karena memang ga ada yg sebaik Dru di mataku.
Sampai pada suatu malam di bulan Februari, rasa ini sangat menyiksa. Kuambil ponselku dan kukirimkan sms untuk Dru.
'Dru, mulai hari ini dan seterusnya, aku ingin belajar melupakanmu. Aku mulai terganggu dengan perasaanku ke kamu. Tolong, jangan hadir di hidupku lagi. Aku benar-benar ingin melupakanmu..'
Message sent!
Aku menekan nomer ponselnya lagi, masih aktif. Itu berarti smsku terkirim ke dia. Baiklah, waktunya tidur dan melupakan semua tentang Dru. Jangan berharap dia membalas smsku.

Part 9
Sekarang sudah tahun ke 4 aku tidak berkomunikasi dengan Dru. Atau tahun kedua setelah aku mengirim sms yang terakhir untuk Dru.
Aku menghabiskan waktuku di kota selain untuk kuliah, juga sambil freelance. Aku harus menyibukkan diri supaya mudah untuk melupakan Dru. Meski prakteknya sangat sulit untuk melupakan dia. Aku mengenal dia sudah begitu lama. Mengenalnya dekat lebih dari sekedar sahabat. Hampir seperti saudaraku. Dan ternyata aku jatuh cinta padanya. Dia cinta pertamaku. Aku rasa, butuh waktu cukup lama untuk melupakan dia, entah kenapa..
Jangan tanya berapa banyak cowok yg mendekatiku, banyak. Dan semua aku tolak. Aku masih belum bisa melupakan Dru.
------------------------------------
Aku sudah hampir menyelesaikan kuliahku. Tinggal menunggu waktu untuk wisuda. Sejauh ini aku merasa sudah bisa melupakan Dru, meski baru sedikit demi sedikit. Meski masih banyak ingatnya dibanding lupanya.. Jalani saja. Toh nanti lama-lama pasti akan terbiasa.
'Nay, ke Jakarta yuk! Kita cari kerja di sana', ajak Bima, sahabatku semasa kuliah.
'Jauh amat Bim, mau kerja aja..'
'Ada lowongan di TV swasta lho. Yuk, kita coba peruntungan jadi crew. Siapa tau diterima. Sambil nunggu wisuda ini.'
Waaaahh.. aku memang pernah bermimpi menjadi crew salah satu stasiun TV swasta. Baiknya dicoba ga ya?
'Tunggu aku ijin bapak dulu', kataku..
Setelah mendapat ijin dari bapak, aku berangkat ke Jakarta dengan Bima naik kereta. Sepanjang jalan aku bercerita banyak dengan Bima. Tapi yang kuceritakan selalu Dru dan Dru.
'Kamu cinta mati ya sama dia?' tanya Bima.
'Aku ga tau apa namanya. Tapi seperti inilah yang aku rasa.'
'Kamu tau ga Nay, bagaimana aku bisa melupakan Winny? Padahal dia yang selama ini membuatku berhenti merokok, ga mabuk-mabukan lagi, pulang ke rumah tepat waktu.. Kamu tau kalo aku pernah cinta mati sama Winny kan? Kamu tau aku sempat depresi saat diputusin sama dia. Inget?' tanya Bima lagi.
'Inget Bim.. Dulu kalian pernah hampir menikah.. Aku tau kamu pasti sedih. Aku tau kamu depresi, acak-acakan begitu. Gimana bisa melupakan dia dengan mudah?" aku balik bertanya.
'Ga semudah yang kamu kira. Semua butuh proses. Aku bisa melupakan karena aku mau. Aku punya kemauan yang kuat. Cewek bukan cuma dia doang. Kamu juga seharusnya berpikir seperti aku. Cowok ga cuma dia kali nay. Masih banyak yang lain yang jauh lebih baik, tapi belum terlihat karena kamu terlalu menutup hatimu untuk orang lain.'
Aku diam, benar apa yang Bima bilang, aku terlalu menutup hati. Aku menikmati kesendirian ini. Sambil berharap suatu saat Dru datang lagi, dan kita bisa sedekat dulu, sebelum dia pindah.. Tapi semua itu rasanya mustahil. Tidak mungkin dia kembali lagi. Tidak mungkin dia mencariku lagi. Kita sudah sangat jauh..
'Kamu bener, Bim.. Aku kurang punya kemauan untuk melepaskan Dru. Aku masih berharap..' kataku.
'So, sekarang, buka lembar baru, buka hatimu, siapkan dirimu untuk menjadi Nay yang baru. Jangan berharap pada cowok semacam Dru. Waktumu akan sia-sia. Percaya sama aku.'
'Oke oke.. aku ngantuk..'
'Tidur aja sana, tuh pake ranselku buat bantal, aku mau ngadem bentar dekat pintu', kata Bima sambil beranjak dari tempat duduknya.
Aku bersiap tidur, 'Awas jangan ngiler di ranselku,' kata bima sambil lalu. Dan botol air mineral kosong yang aku lempar pun mendarat tepat di kepalanya.
------------------------------------------
'Aku ga betah di jakarta Bimaaaa.. Panas, macet, semua serba buru-buru. Ayo kita pulang ajaaa..' teriakku di telepon.
'Belum juga tes wawancara udah ngajakin pulang mulu. Di sini peluangnya masih banyak lho', kata Bima.
'Pulang aja, tunggu panggilan di sana. Kalo udah dapat panggilan kita ke sini lagi. Besok kita pulang ya, Jemput aku.'
Aku menginap di rumah saudaraku dan Bima menginap di rumah saudaranya. jauh, tapi kami ke mana mana berdua. Kemarin kami jalan-jalan ke Kota Tua. Bukannya malah senang, malah ingat lagi sama Dru. Ah, dia lagi.. dia lagi..
Kesimpulannya, karena di manapun aku masih selalu ingat Dru, lebih baik aku pulang saja ke kosan. Aku sudah mulai akrab dengan Jogja.
-----------------------------------------
Suatu malam di Jogja.. Aku membuka akun FB ku. Upload foto-foto dengan Bima di jakarta kemarin. Selesai itu, aku cek daftar friend request. Kubaca satu per satu, barangkali ada temanku yang terlewat. Sampai akhirnya aku berhenti pada satu nama.. DRU. Dru send you friend request. Kulihat mutual friend nya banyak teman SMP dan SMA ku dulu. Bener ini Dru? Profilenya ga bisa dibuka.
Dru, kenapa kamu datang di saat aku mulai bisa melupakanmu?

Part 10
Dru send you a friend request. Aku klik accept setelah hampir klik ignore. Dengan berbagai pertimbangan tentunya. Kulihat profilenya. Dia masih di Surabaya. Kuliah psikologi. Dan, belum menikah. Status relationshipnya masih single. Syukurlah..
Lanjut ke album. Ooohh, dia masih sama seperti dulu, hanya sedikit lebih chubby. Lama sekali kita ga bertemu ya Dru..
Beberapa hari kemudian dia mengirim link ke inbox fb ku. Kubuka link nya, link lagu. Lagu yang kusukai. Lagu yang pernah dia nyanyikan untukku. yang sering kita nanyikan bersama..
'Nay.. apa kabar?' ada inbox masuk lagi.
Aku menghela nafas. Kenapa di saat seperti ini malah dia datang dan bertanya kabar? Kamu tau Dru, melupakanmu butuh waktu yang sangat lama, tidak cukup 1-2hari. Memerlukan proses yang panjang. Menata hati, menguatkan diri senidir, meyakinkan diriku bahwa masih banyak cowok lain yang bisa mencintaiku.. Bukan hanya kamu. Aku tutup inbox, belum kubalas. Hatiku masih berkecamuk.
Dua hari kemudian, aku terusik. Kuarahkan kursor ke inbox. Kubuka inbox darinya. Kubalas inboxnya, 'Kabar baik Dru.. kamu apa kabar?'
'Masih seperti dulu..' jawab Dru.
'Masih sibuk nge band?' tanyaku.
'Masih, masih tetap berusaha biar karyaku diterima pasar Indonesia.'
'Udah jadi artis? Kok aku ga pernah lihat kamu di tv?'
'Kan masih amatir. Aku ga mau jadi artis. Godaannya besar. Di balik layar aja..'
Aku diam.. Kehabisan kata.
'Link yang aku kirim, sudah kamu buka?'
'Sudah.. Makasih Dru..'
'Makasih untuk apa?'
'Makasih sudah mengingatkan aku pada lagi itu. Sejak kamu menghilang, aku ga pernah lagi mendengarkan lagu itu.'
'Kamu tinggal di mana sekarang, Nay?'
'Aku di Jogja..'
'Maaf ya sudah menghilang dari kamu..'
Sebenarnya aku ga pengen maafin kamu, Dru. Enak aja menghilang tanpa kabar kemudian dateng di saat yg ga tepat dengan entengnya minta maaf. Tapi, aku ga bisa ga maafin kamu..
'Ga perlu minta maaf..' justru kalimat ini yang aku ketik.
Hening, dan dia menghilang lagi..


Part 11
Di satu sudut Jogja.. tepatnya di dalam McD Sudirman, aku duduk sendiri, memegang pensil dan sketchbook. Niatnya mau menggambar desain booth minuman, tapi yang ada malah aku menulis nama Dru di buku itu. Tidak hanya satu, tapi banyak. Dru itu seperti sudah menancapkan anak panah ke hatiku, kemudian ditinggalkannya begitu saja tanpa sempat dia mencabut terlebih dulu. Apa benar ini cinta? Jika ya, aku lebih memilih jomblo seumur hidup daripada harus tersiksa dengan perasaan seperti ini.
Kami sudah dapat meraih cita-cita kami masing-masing. Apa lagi yang kurang? Kenapa Tuhan tidak segera menyatukan kami berdua? Aku lelah menunggu tanpa kepastian. Sementara, tidak mungkin juga aku menanyakan pada Dru tentang bagaimana kelanjutan hubungan kami.
Sebenarnya aku hanya butuh kepastian, dia datang untuk apa? Kenapa Tuhan mengirimnya lagi untuk masuk dalam kehidupanku saat ini?
Satu tahun berlalu, aku bertemu dengan seseorang. Aku pernah mengenal orang ini sebelumnya. Dia juga mengenal Dru, meskipun tidak akrab. Namanya Hans. Hans mendekatiku, tak lama kemudian dia melamarku. Keluargaku menerima lamarannya, dan aku setuju. Selanjutnya kami menikah, pernikahan kami berjalan lancar. Selesai semua itu, kami pindah ke Jogja karena pekerjaan Hans ada di sini.
Semenjak menikah, aku meninggalkan pekerjaanku. Aku mulai menulis lagi, mendesain baju, mengurus rumah, dan memasak. Ini pengalaman baru bagiku. Lama kelamaan, aku bisa melupakan Dru. Aku senang dengan kehidupan baruku.Hans sabar, dia tidak pernah marah. Hanya saja, ternyata keluarga Hans tidak bisa sepenuhnya menerimaku. Keluarga hans menganggap aku tidak pantas menjadi pendamping Hans. Aku tidak sesuai dengan yang mereka harapkan. Hanya karena kami beda suku. Keluarga Hans selalu memandang rendah padaku dan keluargaku. Hubunganku dengan keluarga hans pun memburuk. Meski Hans selalu membelaku dan berusaha melindungiku, tapi aku tetap merasa tidak nyaman.
Setahun setelah kami menikah, anak pertama kami lahir. Aku sudah tidak ingat sama sekali dengan Dru. Aku hanya fokus mengurus keluarga kecilku ini.
Hingga pada suatu hari, Dru meng-invite bbmku. Aku terkejut, darimana dia tau pin bbku? Aku bertanya pada Hans, apa boleh aku meng-accept pinnya? Hans menjawab boleh.. Dia tau kisahku dengan Dru, dia tau kami bersahabat sejak lama. Dia tau Dru adalah cinta pertamaku. Tapi mantan pacar Hans juga banyak. Dia beberapa kali berganti pacar. Sampai kemudian dia bertemu denganku dan menjadikan aku pelabuhan terakhirnya.
'Hai Nay..' ada pesan masuk di bbmku.
'Hai.. apakabar Dru?' tanyaku.
'Baik.. Kamu sudah menikah? Itu anakmu?' tanya Dru, saat itu aku memasang foto anakku sebagai foto profile.
'Sudah hampir dua tahun aku menikah. Iya, itu anakku.. Kamu kapan nyusul?'
'Nanti aja, aku belum kepikiran mau nikah. Calon aja belum punya..'
'Ya buruan cari, keburu tua loh kamu..'
'Ingat Nay, aku cowok. Mau nikah umur 40 pun masih ada yg mau, ga kaya cewek..'
'Iya sih.. tapi teman2 kita semua udah nikah, kamu ga pengen?'
'Siapa yang ga pengen nikah? Pasti pengen, tap[i aku masih mau kerja dulu. kalo aku ga punya kerjaan, anak istriku mau aku kasih makan apa? Rumput?'
'Batu!' jawabku asal.
'Suamimu orang mana?'
'Suamiku? Hans, dia suamiku..'
'Hans? Teman sekolah kita dulu?'
'Yaa.. kamu kenal?'
'Ya kan dulu kelasnya sebelahan Nay..'
Aku melirik Hans, dia sedang asyik bermain dengan anak kami.
'Lagi chatting sama siapa Nay?' tanya Hans melihatku tidak berpaling dari layar.
'Dru, dia tanya siapa suamiku..'
'Trus kamu jawab apa?'
'Ya aku jawab kamu lah suamiku..'
'Dia masih ingat aku?'
'Masih.. Dia masih ingat.'
'Salam ya buat Dru', kata hans sambil melanjutkan bermain dengan anak kami.
Aku tidak menyangka, mendapat suami yang tidak membatasi dengan siapa aku bergaul. Bahkan dengan masa laluku sekalipun.
Tapi Hans pernah cemburu, cemburu dengan cowok yang pernah mendekatiku dulu.. Dia tidak suka dengan cowok itu. Dia selalu marah jika aku bercerita tentang cowok itu.
'Kamu kok belum tidur Nay?' bbm dari Dru masuk lagi.
'Belum, aku kan biasa tidur malam Dru'
'Hans tau kita lagi chatting?'
'tau, nih dia di sebelahku. Kamu dapat salam dari Hans', kataku
'Salam balik buat Hans ya, lama ga ketemu. Kamu cepet tidur ya, aku mau lanjut nyetir dulu'.
'Oke Dru, hati hati di jalan.. jangan ngebut.'
'Bye, Nay..'
'Bye..'
Bersyukurnya aku memiliki suami seperti Hans, dia tidak curiga sama sekali padaku. Dia tidak takut aku berbuat macam-macam dengan Dru. Dia memberiku kepercayaan penuh.
Aku menyusul Hans rebahan di kasur.. Melihat ketulusannya, aku jadi merasa bersalah..
'Sudah selesai?' tanya hans.
'Sudah', jwabku.
'Kok cepet?'
'Apa harus lama-lama?'
'Bukan begitu.. kalian kan lama ga ketemu, masa ngobrolnya cuma sebentar?'
'Dia lagi nyetir. Tau mau ke mana.'
'Ooohh.. Kamu masih suka sama Dru?' tanya Hans.
'Nggak..'
'Jujur sama aku..'
'Kalo masih kenapa, kalo nggak kenapa?'
'Ya ga apa apa, cuma pengen tau aja.'
'Nggak kok, udah ga suka sama Dru lagi, semoga.. Kamu tau sendiri kalo aku dan Dru ga mungkin bersatu.'
'Kali aja kamu mau ngikut dian nay', canda hans.
'Ngawur kamu, aku ga se gila itu tau!' kucubit perut Hans, dia meringis kesakitan.
Seandainya kamu tau Hans, aku masih berusaha melupakan Dru dan belajar untuk lebih mencintaimu..

    Part 12
    Malam ini ketika aku sedang membereskan gudang, aku menemukan sesuatu, sebuah boneka.. Boneka beruang kecil pemberian Dru dulu. Aku ingat dulu boneka ini sering kubawa tidur, selama Dru menghilang.. Boneka ini menyimpan banyak kenangan. Boneka ini tau bahwa aku dulu sering menangis diam-diam..
    Dru, orang pertama yang membuatku tau apa namanya cinta, bagaimana rasanya mencintai dan dicintai, meski akhirnya tidak bisa saling memiliki. Dru, seseorang yang pernah mencintaiku dengan tulus, bukan karena fisik atau nafsu. Dru yang selalu menjadi semangatku, Dru yang tak banyak bicara, Dru yang cool, kalem, cuek.. Dru yang pernah menghilang dari kehidupanku dan kemudian kini hadir lagi.
    Sebenarnya, ada banyak hal yang ingin sampaikan pada Dru, bahwa aku dulu juga menyukainya. Bahwa aku dulu mengharapkannya, berharap suatu saat kami dapat bersatu. Aku juga ingin menanyakan kenapa dulu dia menghilang, padahal janjinya dia akan sering pulang.. Kuingat ingat lagi kapan terakhir bertemu dengan Dru, di kantin sekolah, 6 tahun yang lalu. Sudah lama sekali ternyata. Dan selama itu pula aku belum bisa melupakannya. Ah, pikiran ini terus menghantuiku. Harus dengan cara apa aku melupakannya?
    ‘Melupakan seseorang yang pernah kita cintai bukanlah suatu hal yang mudah..’ terdengar suara Hans di belakangku.
    Aku menoleh, kaget.
    ‘Sejak kapan kamu berdiri di situ, Hans?’ tanyaku.
    ‘Sudah 5 menit aku berdiri di sini, dan melihatmu memandangi boneka itu.’
    ‘Enggg.. aku tadi niatnya beberes gudang Hans, ingin membuang barang-barang yang sudah tidak terpakai.. Rumah kita sudah terlalu penuh. Mumpung Shiny masih tidur..’
    ‘Kemudian kamu menemukan boneka itu? Dan ingat Dru?’
    Aku mengangguk.
    ‘Itu manusiawi. Kamu pikir aku sudah lupa sama sekali dengan ke 4 mantan pacarku? Aku masih ingat, di mana aku sering pergi bersama, makan bersama. Di setiap jalan yang pernah aku lewati, aku juga ingat. Tapia pa aku berusaha melupakan? Tidak. Biar saja semua kenangan itu hilang sendiri seiring berjalannya waktu.’
    Aku diam memperhatikan Hans bicara.
    ‘Aku dan mantan-mantanku hanya sebentar pacaran, kemudian kami putus. Itu belum bisa lupa sama sekali. Apalagi kamu dan Dru yang sudah saling kenal sejak remaja. Aku juga kenal kalian berdua, meski aku dulu tidak pernah tau bagaimana cerita kalian, tapi aku tau bagaimana perasaanmu sekarang.’
    ‘Aku ingin membuang boneka ini. Aku ingin menghapus kontaknya dari bbm ku,’ kataku.
    ‘Untuk apa? Supaya kamu bisa melupakan Dru?’
    ‘Ya. Aku sudah kehabisan cara untuk melupakannya. Aku tidak ingin dia membayangiku lagi.’
    ‘Ga perlu kamu buang boneka itu. Ga perlu kamu hapus kontak bbm nya. Hadapi saja dia. Bicaralah seperlunya dengan Dru. Jika memang ada yang ingin kamu katakana, katakana saja. Jika ada yang ingin kamu tanyakan, tanyakan padanya. Tapi harus ada batasannya. Perlakukan Dru sebagai sahabatmu, bukan sebagai orang yang special dalam hidupmu. Karena sudah ada aku..’
    ‘Jadi aku ga perlu membuang boneka ini? Ga perlu menghapus kontak bbmnya?’
    ‘Ga perlu Nay, cara terbaik adalah dengan menghadapi, bukan dengan terpaksa meninggalkannya..’
    Aku memeluk Hans, tidak kusangka dia menjawab begitu. Mendengar beberapa cerita dari teman-temanku yang sudah menikah bahwa pasangan mereka menutup akses untuk berkomunikasi dengan orang-orang di masa lalu mereka.. Aku bersyukur tidak harus mengalami hal itu. Aku beruntung memiliki Hans. Tuhan mengirimkan orang yang tepat untukku..
    Mulai hari ini, akan kuhadapi Dru, katakan apa yang ingin aku katakan, tanyakan apa yang ingin aku tanyakan.
    ----------------------------
    ‘Yeaayy, akhirnya kamu wisuda, Dru!’ aku mengirim bbm pada Dru saat melihat dia fotonya memakai toga di profil bbm.
    ‘Yaa.. Finally Nay.. Setelah bertahun-tahun, hehe’
    ‘Congrats Dru! Welcome to the Club!’
    ‘Thanks Nay, doakan aku segera menyusulmu’
    ‘Waaahh.. kapan itu? Beneran?’ tanyaku, antara senang dan kecewa.
    ‘Hahahaha belum tau, doakan saja secepatnya.. Oke?’
    ‘Hahahaha kirain udah ada calonnya.. Oke Dru, semoga segera yaa..’
    ‘Amin.. Doakan ya Nay..’
    Aku tidak membalas bbmnya lagi. Kupandang foto Dru, terlihat bahagia sekali dia di sana, bersama beberapa temannya. Tidak terlihat ada cewek di situ. Mungkin belum, mungkin sebentar lagi, dan mungkin aku akan merasa sungguh-sungguh kehilangan..
    Tiba-tiba a
    ku takut hal itu terjadi. Takut jika Dru menikah maka kita tidak bisa berteman lagi. Padahal aku mengenal Dru sudah lama sekali, hampir 10 tahun. Tapi, siapa tau jika dia menikah dan kita tidak berteman lagi, aku akan mudah untuk melupakannya.. Ah, melupakan tidak harus memutus hubungan pertemanan kan? Masih ada cara lain untuk melupakan tapi hubungan tetap netral. Tanpa ada rasa yang lain kecuali rasa ingin berteman. Cukup itu saja.
    Mungkin aku ngelantur, mungkin aku mengantuk, aku harus segera tidur..

    Part 13
    Pertama kali aku tergugah..
    Dalam setiap kata yang kau ucap..
    Bila malam tlah datang
    Terkadang ingin ku tulis semua perasaan..
    Kata orang rindu itu indah
    Namun bagiku ni menyiksa
    Sejenak kufikirkan
    Untuk kubenci saja dirimu
    Namun sulit ku membenci

    Pejamkan mata bila ku ingin bernafas lega..
    Dalam anganku aku berada di satu persimpangan jalan yang sulit kupilih..
    Kupeluk semua indah hidupku..
    Hikmah yang kurasa sangat tulus..
    Ada dan tiada cinta
    Bagiku tak mengapa
    Namun ada yang hilang separuh diriku..
    Entah kenapa, lagu ini yang terdengar di telingaku, sore ini di sebuah Cafe, setelah selesai bertemu dengan teman lamaku.. Seperti yang aku rasakan pada Dru.. Sebaiknya memang harus segera kulupakan. Tapi ingat kata Hans, semua butuh proses. Baiklah, akan kunikmati proses ini, meski aku tersiksa dengan perasaanku sendiri..
    Ku tutup laptopku, kulangkahkan kaki ke parkiran. Pulang. Hans dan Shiny pasti sudah menungguku di rumah.

    Part 14
    Hans pulang kerja lebih awal dari biasanya.
    'Tumben pulang cepet, Hans?' tanyaku.
    'Iya, tadi ada meeting sama klien. Trus besok harus berangkat pagi-pagi buat meeting lanjutan,' jawab Hans sambil menaruh tasnya di meja kerja.
    'Aku belum masak, masih ada lauk sisa makan siang tadi, mau kusiapin?'
    'Ga usah Nay, aku udah makan tadi, kan meetingnya ga di kantor.'
    'Ya udah kalo gitu, mandi dulu gih..'
    'Ntar dulu, mau selonjoran bentar. Kamu udah makan?'
    'Udah, tadi sore. Lagi sariawan, ga enak mau makan.'
    'Kamu ga sariawan juga jarang makan gitu.. Kenapa susah makan sih?'
    'Capek ngunyah,' jawabku asal.
    'Yee.. alasan yang aneh! eh btw tadi aku ketemu Dru lho pas lagi meeting. Dia sekarang di Jogja ya?'
    Deg!
    Dru? Ngapain di sini? Ketemu sama Hans lagi..
    'Tau, aku udah lama ga denger kabarnya.'
    'Lho, bukannya masih sering kontak-kontakan di bbm?'
    'Masih ada kontaknya, tapi udah lumayan lama ga ada komunikasi sama dia Hans.. Lagian ngapain juga, ga ada yang penting yang perlu diomongin sama dia.'
    'Sudah berhasil melupakan?' tanya Hans memastikan.
    'Semoga.'
    'Baguslah.. Aku istirahat dulu ya..'
    'Mandi duluuuuuuu...'
    'Iya ntar gampang,' jawab Hans sambil beranjak ke kamar.
    hiiihh orang satu ini yaaa.. Hobinya mandi tengah malam.. Itu kan ga baik buat kesehatannya, tapi kebiasaannya sejak sebelum menikah sudah begitu..

    ----------------------------
    Aku membuka laptopku dan log in e-mail, ada beberapa e-mail dari klien ku yg belum sempat kubaca karena sibuk mengurus Shiny seharian. Kutelusuri satu per satu e-mail yang masuk, ada beberapa dan... Ada satu e-mail yang beda.. Emm, kubuka, dari Dru! Olalaaa.. Barusan diomongin, dia udah kirim e-mail aja..
    'Halo Nay, lama ga ada kabar ya.. Gimana kabarmu? Semoga selalu sehat dan jadi suka makan ya, hehe..
    Aku lagi di Jogja, Nay.. Ada urusan pekerjaan selama seminggu di sini dan ini sudah hari ke 5. Maaf ga ngabarin kamu. Aku takut kalo kita ketemu. Takut muncul rasa yang sudah berusaha kuhilangkan sejak dulu.. Rasa yang mungkin hanya aku yang bisa merasakan, kamu tidak.’
    Sampai di sini aku berhenti membaca, aku menghela nafas. Rasa yang hanya kamu yang merasakannya? Kamu pikir aku ga merasakan hal yang sama ke kamu, gitu? Aku merasakan hal yang sama, dan mungkin rasaku lebih besar dari rasamu. Mungkin.. Aku berkata dalam hati.

    Part 15
    'Apa yang kurasa padamu, hingga saat ini masih ada. Semoga aku tidak salah menyebutnya cinta. Aku masih merasakannya. Meski ga sekuat dulu, tapi belum bisa kuhilangkan sama sekali. Dan adanya rasa inilah yang membuat aku harus menjauhimu. Terpaksa. Sangat terpaksa. Aku tau jika aku sudah mencintai seseorang, aku akan sulit melupakan, apalagi melepaskan. Dan sebenernya, aku ga mau melepaskan kamu. Sedetikpun, aku ga mau meninggalkan kamu. Tapi aku harus menyadari bahwa ada satu perbedaan yang ga bisa kita satukan. Kamu tetap dengan keyakinanmu, dan aku bertahan dengan keyakinanku. Aku ga mungkin memaksa karena aku juga ga mau dipaksa. Hal inilah yang membuatku memilih untuk menjauh darimu. Karena jika aku tetap bertahan, itu hanya akan saling menyakiti satu sama lain. Sebelum rasa ini semakin kuat, aku ingin menyudahinya. Tapi ternyata aku salah. Ternyata sulit bagiku untuk ga peduli sama kamu. Ketika kuputuskan untuk menjauh, sebenernya itu sakit. Waktu itu aku masih ingin selalu dekat denganmu. Berbagi denganmu..’
    Mataku terbelalak kaget membaca isi e-mailnya. Apa yg dia tulis? Sejauh itukah dia berpikir tentang hubungan kami? Padahal waktu itu aku sedang sangat menikmati perasaan yang muncul di tengah indahnya persahabatanku dengannya. Siapapun yang pernah merasakan jatuh cinta pasti setuju jika jatuh cinta itu seru. Sama seperti itulah yang kurasakan dulu pada Dru.
    'Aku berusaha melupakanmu sejak pertama kita berpisah dulu. Ingin membunuh rasa itu, tapi yang ada, rasa itu tumbuh semakin kuat. Semakin kepikiran kamu, sedang apa, siapa saja yang mendekatimu setelah aku, apa kamu bahagia, apa kamu sedih setelah kutinggalkan, apa kamu sudah makan.. Pertanyaan terakhir itu selalu ada setiap hari karena aku tau kamu susah disuruh makan, sementara aku doyan makan, hehe. Pernah aku mencoba mendekati wanita lain, tapi apa yang kurasa? Aku hanya membandingkan dia denganmu. Wanita itu jauh lebih cantik dari kamu. Tapi entah kenapa, aku ga merasa nyaman berada di dekatnya. Aku ga bisa tertawa lepas seperti saat aku bersama kamu. Aku ga bisa menceritakan semua padanya seperti saat aku menceritakan semua padamu, dulu.. Kemudian aku menjauhi wanita itu. Aku mencari lagi, hingga saat ini, aku belum bisa menemukan penggantimu. Belum atau ga akan bisa?’
    Aku membaca kalimat demi kalimat dengan pelan, seolah Dru sedang ada di depanku dan kami ngobrol langsung empat mata. Aku menengok ke dalam kamar, Hans sudah tidur, bersama Shiny. Mereka berpelukan, semoga Hans tidak menendang Shiny karena lelaki itu ga bisa anteng kalo lagi tidur.
    Kulanjutkan membaca lagi..
    'Mencoba melupakanmu adalah satu hal yang membuatku hampir gila. Sangat sulit dan aku hampir menyerah. Kuliahku berantakan dan aku harus drop out karena aku jarang masuk kuliah. Kemudian aku pindah kampus dan jurusan. Aku malu lah, masa iya seorang Dru harus drop out dan frustasi hanya karena wanita?’
    Kamu pikir aku ga hampir gila berusaha melupakanmu Dru? Aku lebiiiihh dari sekedar itu, bahkan sampai saat ini pun aku masih terus mencoba melupakanmu, kataku dalam hati.
    ‘Kamu tau kenapa aku sering menolak telponmu, ga membalas smsmu, dan sesekali muncul, sesekali menghilang dari hidupmu? Saat itu aku sedang berusaha melupakanmu. Aku ingin terbiasa tanpamu, wanita yang sudah mencuri hatiku. Aku ingin bebas tanpa ada bayanganmu mengikutiku. Aku tau bukan kamu yang mengikutiku, tapi aku yang merasa kamu ikuti, lebih tepatnya aku berharap kamu ikuti. Sampai suatu saat aku memutuskan suatu hal besar dalam hidupku, aku ingin mencarimu dan berpindah keyakinan yang sama denganmu. Aku ingin menepati janjiku untuk menikahimu. Bukan hanya janji, itu rasa. Itu keinginan yang tulus, yang pernah aku ucapkan beberapa tahun yang lalu atas kesadaranku sendiri. Aku ingin menjemputmu, mengajakmu masuk dalam hidupku, kemudian kita lewati waktu bersama.. Tapi ketika kemudian aku berhasil menemukanmu, sudah ada seseorang yang menggantikan posisiku di sampingmu. Aku terlambat. Aku terlambat hanya beberapa bulan. Sakit? Pasti, Tapi tidak sesakit saat aku berusaha melupakanmu. Melihatmu bahagia bersama seseorang yang aku tau bahwa dia baik, itu sudah membuatku merasa tenang. Tenang melepasmu. Aku kenal Hans meski ga dekat. Aku tau dia baik, dia pasti bisa membuatmu merasa aman, nyaman, dan bahagia. Mustahil rasanya jika ada yang bilang cinta tak harus memiliki. Cinta pasti disertai rasa ingin memiliki. Tapi kali ini aku buktikan bahwa memang ada cinta yang tidak harus memiliki. Kenyataannya, aku mencintaimu tapi tidak bisa memilikimu.’
    Tak terasa air mataku meleleh, mataku terasa panas. Hati ini campur aduk rasanya.. Janji untuk menikahiku? Dia bilang itu janji padahal aku hanya menganggapnya sebagai guaruan meski dalam hati berharap hal itu akan menjadi kenyataan. Hati ini ga bisa dibohongi rupanya.

    PART 16
    Sambil masih menangis, aku lanjutkan membaca e-mail dari Dru. Penasaran dengan apa yg sudah dia tulis, karena isinya panjang sekali.
    'Sudah jalan hidup kita begini ya, Nay.. Aku menyesal sudah menyiakanmu. Aku menyesal karena dulu sudah menjauhimu, menghilang darimu, kemudian muncul lagi di saat yang tidak tepat. Seandainya dulu aku ga perlu menjauh dan melupakanmu, seandainya dulu aku tetap membiarkan semua mengalir saja seperti air.. Mungkin saat ini aku sudah bersama denganmu. Aku yang sok kuat, sok memikirkan masa depan padahal kita ga pernah tau masa depan kita seperti apa.’
    Aku hanya bisa membiarkan air mataku mengalir sambil membaca isi e-mail dari Dru. Sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Aku tidak tau harus mengetik balasan apa. Aku masih kaget atas kejujuran Dru malam ini. Aku tidak menyangka bahwa dia memikirkan hubungan kami sampai sejauh ini, meski akhirnya kenyataan berkata lain.
    Seandainya, ya seandainya.. Seandainya saja.. Tapi aku tidak boleh berandai-andai. Hidup ini harus kujalani. Semua sudah diatur olehNya. Tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Pertemuanku dengan Dru, cinta pertamaku pada Dru, rasa yang hanya disimpan tanpa sempat diungkapkan sebelum hari ini, pertemuanku dengan Hans, kejujuran Dru malam ini.. Semua sudah diatur olehNya. Semua yang aku alami hingga hari ini adalah rangkaian peristiwa yang sudah Dia susun dengan rapi. Bukan suatu kebetulan.
    'Nay, jika saat ini kamu masih menyimpan pertanyaan, apakah aku mencintaimu? Aku jawab YA, aku masih mencintaimu. Cinta monyetku, cinta pertamaku, yang kemudian aku sadari bahwa itu bukan sekedar cinta monyet. Entah sampai kapan aku akan mencintaimu, jangan suruh aku melupakanmu, jangan suruh aku menghilangkan perasaan ini. Biarkan semua berproses. Jika suatu saat nanti perasaan ini sudah hilang dan mati, itu memang sudah waktunya. Tapi jika kamu mempunyai rasa yang sama denganku, tolong segera hilangkan, karena sudah ada Hans dalam hidupmu, dan juga malaikat kecil dalam hidup kalian berdua. Jangan sakiti mereka. Lupakan aku, hilangkan perasaanmu. Akan ku kubur dalam-dalam keinginanku bertemu denganmu. Sebagai gantinya, kujelaskan semua lewat e-mail ini. Kita tidak perlu bertemu. Semoga penjelasanku ini bisa mewakili pertanyaanmu (jika kamu bertanya) kenapa aku menghilang begitu lama dan baru sekarang aku muncul lagi. Semoga kamu selalu bahagia dengan keluarga kecilmu, Nay.. Regards, Dru’
    Aku menangis sesenggukan. Sebuah kenyataan yang tak pernah terbersit sedikitpun dalam pikiranku. Dulu aku pikir Dru menjauhiku karena dia tidak suka lagi padaku. Dulu aku menganggap dia pengecut karena dia datang dan pergi seenaknya sendiri. Aku terlalu banyak berprasangka padanya. Ternyata ini yang sebenarnya terjadi, antara aku dan Dru. Tidak ada yang tau apa isi hatinya, kecuali dia sendiri. Dru memang begitu. Dia suka menyimpan semua sendiri, dia jarang bercerita banyak kecuali denganku. Kini, seseorang yang pernah aku cintai dan pernah kuimpikan bisa hidup bersamaku, sudah mengungkapkan semua. Dia begitu jujur. Meski semua dilakukannya di saat yang tidak tepat. Atau malah saat ini adalah saat yang tepat? Entahlah..
    'Terimakasih untuk semua pengakuanmu Dru, aku hanya berharap kamu segera mendapatkan jodoh yang terbaik, kamu orang baik, pasti akan mendapat jodoh yang baik pula. Jadilah laki-laki, suami, dan ayah yang baik untuk anak dan istrimu kelak. Siapapun yang nanti akan menjadi pendampingmu, aku akan ikut merasa bahagia. Jaga kesehatanmu, Dru. Jangan telat makan juga, kamu sudah sering sakit, aku tau kebiasaanmu. Kurangi begadang ya. Aku ga akan menyuruhmu melupakan atau menghilangkan perasaanmu padaku. Tapi saat ini aku sudah bahagia dengan Hans dan Shiny, seperti yang kamu bilang tadi. Kita masih berteman kan? Aku ingin ketemu kamu 10 tahun mendatang, semoga masih ada kesempatan. Terimakasih..’
    Aku mengetikkan balasan dengan hati bergetar. Ingin rasanya membalas dengan kalimat 'Aku juga masih mencintaimu’ tapi urung karena saat ini cinta itu sudah hampir pudar.. Aku hanya ingin tetap berteman dengannya. Aku punya Hans, dan sekarang sedang dalam tahap mencintai Hans dengan lebih dalam lagi. Sedikit demi sedikit aku sudah bisa melupakan Dru karena Hans mengajariku untuk menghadapi, bukan lari dari bayang-bayang Dru.
    Sekarang aku sudah lega. Pertanyaanku akan Dru terjawab sudah, meski sempat menimbulkan sesal dan kecewa, tapi aku belum pernah merasa sebaik hari ini. Kututup laptopku, menyusul Hans dan Shiny yang sedang pulas. Kucium mereka bergantian. Terimakasih Hans, telah membiarkan aku memilih, dan kini pilihanku jatuh padamu..
    Aku ingin bertemu Dru 10 tahun lagi, karena kupikir pada waktu itu, aku sudah bisa mencintai Hans sepenuh hati, Shiny juga sudah besar, dan perasaanku ke Dru sudah netral. Siapa tau juga pada waktu itu, Dru sudah menikah dan punya anak kan? Aku ingin bertemu untuk melupakan, karena hanya itu cara yang ampuh untukku melupakan dia.
    Dru, cinta pertama yang gagal menjadi cinta terakhirku, semoga kamu segera bertemu dengan jodohmu, yang pasti bukan aku..
    ----------------------
    Sementara itu di sebuah kamar hotel..
    Seorang laki-laki bertubuh tinggi, berkulit bersih, seorang musisi dan guru musik, yg terkenal idealis, sedang menangis di depan layar laptopnya. Kedua tangannya menutup penuh mukanya. Dia terisak, dia menyesal, dia.. Dru. Untuk pertama kalinya dia menangis karena kehilangan cinta. Menangis karena menyesali semua kebodohannya. Cinta yang dulu di depan mata akhirnya harus direlakan bahagia bersama orang lain. Cinta yang sejatinya tidak bertepuk sebelah tangan seandainya dulu dia tidak terburu-buru untuk menjauh. Cinta yang masih mau menunggu seandainya dulu dia mau mengejar lebih awal. Cinta yang sama tulusnya dengan cintanya, jika saja dulu dia berani mengungkapkan. Cinta yang kemudian membuat dia menyesal, meski dia tau masih panjang jalannya, masih banyak wanita yang mau menunggunya di luar sana. Kenapa harus memilih Nay?
    'Aku menunggumu 10 tahun lagi, Nay. Masih dengan kesendirianku, untuk membuktikan bahwa cinta untukmu tidak akan pernah mati. Aku memilih hidup sendiri jika pilihannya bukan menikah denganmu. Bahagialah, dan aku akan bahagia dengan caraku sendiri, dengan mencintaimu dalam diam..’
    ****** TAMAT *****

    penulis : Mbak Itang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Saya seorang ibu rumah tangga. Selain mengurus anak dan rumah tangga, Saya juga owner "Toko Sprei Waterproof Zilah" dan "Rumah sprei jakarta" Hub saya di : Sms/whatsapp/line/telegram 085283386280

Anja Demam

Hari minggu pagi tanggal 8 maret 2009, tubuh anja hangat tapi masih tetap lincah.. sore hari, Anja demam.. langsung aku beri sanmol drop penurun panas.. Alhamdulillah turun.. tapi selang 3-4 jam naik lagi.. sampai hari senin malam tanggal 9 maret 2009 suhu tubuh Anja 39.2.. langsung aja aku bawa ke UGD RS International Bintaro..

Sampai UGD, masih harus menunggu waiting list ada diantrian ketiga.. (zilah dah pengen nangis liat anja demam sambil nyebut, bunda..bunda..bunda..).
Tiba giliran Anja diperiksa, suhu tubuhnya udah 39.5
oleh dokter UGD langsung diberi penurun panas melalui dubur
kemudian ditunggu reaksinya 30 - 60 menit, kalau bisa turun sampai dibawah 38 boleh pulang, tapi kalau ga bisa berarti harus dirawat.
Setelah ditunggu selama 1 jam, bukannya suhunya turun tp malah naik menjadi 39.7
Akhirnya kami putuskan untuk dirawat..

Kemudian diambil sample darah dan anja diinfus (aku pengen nangis ngeliat Anja menjerit waktu dipasang infus dan diambil sample darah).
Alhamdulillah akhirnya sekitar jam 24.00 bisa masuk kamar, dan gak lama kmudian Anja bisa bubuk tenang.. (suhunya berangsur-angsur turun), tapi menjelang subuh sekitar jam 4 Anja kembali demam.. sampai hari kamis tanggal 12 maret 2009 panasnya masih naik turun, walaupun sudah diberi antibiotik dan obat batuk (udah mulai 6 maret 2009 anja batuk tapi). Hasil tes darah hanya menunjukkan ada peningkatan jumlah leukosit berarti terdapat infeksi.

Akhirnya pada saat dokter visit hari kamis tanggal 12 maret2009, Anja diminta tes darah lagi untuk melihat DB sama typus, sekalian foto rontgen.. (deg... koq pake rontgen segala, apakah ga bahaya untuk anak seusia Anja 19 bulan???)
Akhirnya, dengan pasrah anja di rontgen dan kembali diambil sample darahnya. Malam harinya, aku menanyakan hasil tes darah pada perawat dan Alhamdulillah hasilnya negatif semua, baik DB maupun typus. Tapi yang menjadi tanda tanya, kenapa koq demamnya ga mau pergi????
Hari Jum'at
Ternyata, hasil foto rontgen menunjukkan bahwa ada peradangan di paru-paru sehingga banyak lendir di paru-parunya.. (ya Allah, anakku terkena pneumonia)
setelah diketahui radang paru-paru, Alhamdulillah berangsur-angsur panasnya turun dan stabil dibawah 37 , tapi Anja terus menjalani inhalasi dan harus menjalani terapi kalau udah ga demam lagi..
Alhamdulillah, Jum'at malam infus dilepas (berharap hari Sabtu bisa pulang)
suhu tubuh tetap stabil dibawah 37
Hari Sabtu, menanti kedatangan dokter (eh baru datang jam 14.00).. Dan Alhamdulillah udah bisa pulang, tapi dengan catatat harus menjalani fisioterapi sambil rawat jalan. (oke dech dokter, gak apa apa yang penting udah bisa dirawat dirumah)..
Hari ini, Senin 16 maret 2009
Anja pertama kali menjalani terapi, Alhamdulillah Anja ga nangis..

Cepat sembuh ya sayang..
Cepat pulih kembali..
Makan yang banyak..
biar penyakitnya takut..